Sunday, January 20, 2013

Jamaah Tabligh di Indonesia


Jamaah Tabligh di Indonesia
Jamaah Tabligh di Indonesia meski tak sepopuler organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah atau NU, namun Jamaah Tabligh terbilang mempunyai anggota yang cukup banyak. Anggota Jamaah Tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis sampai dengan tentara, kalangan profesional dll. Pusat markaz jamaah tabligh di Indonesia berada di Jakarta, khususnya di masjid Masjid Kebon Jeruk di Jl Hayam Wuruk, Jakarta Kota.
Di masjid yang sudah berusia lebih dua abad ini, kita akan menjumpai ratusan jamaah yang hampir seluruhnya berjenggot. Mereka juga menggunakan surban, pakaian takwa dan peci putih, yang biasa dipakai umat Islam di Indonesia. Tapi kita juga akan mendapati jamaah yang memakai surban dengan baju panjang sampai lutut, untaian tasbih atau tongkat di tangan, janggut berjenggot, dahi hitam, dan aroma minyak cendana, khas jamaah dari Asia Timur.
Pada acara ijtima’ internasional rombongan jamaah tabligh dari Indonesiapun turut hadir. Rombongan dari Indonesia datang berasal dari berbagai profesi, antara lain pimpinan pondok pesantren, pengusaha muda, eksekutif muda, artis, pedagang kaki lima, pegawai negeri, dan bupati. Artis Gito Rollies adalah salah seorang di antaranya. Acara ijtima’ untuk skala Indonesia juga pernah dilakukan di Medan, Lampung, dan Jakarta.
Acara ijtima’ jamaah tabligh untuk skala Asia Tenggara, baru-baru ini (2004) dilakukan di di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Fatah Desa Temboro, Kecamatan Keras, Magetan. Acara yang dihadiri oleh sekitar 20.000 anggota Jamaah Tabligh — ini terbilang istimewa, sebab calon wakil presiden Yusuf Kalla turut hadir dalam acara pembukaan tersebut. Acara ijtima’ ini merupakan awal dari acara khuruj yang menjadi program Jamaah Tabligh.
Sebanyak 20.000 anggota Jamaah Tabligh siap khuruj ke berbagai pelosok di Indonesia. Anggota jamaah sebanyak 20.000 orang – yang juga dihadiri, dari negera-negara ASEAN, Saudi Arabia, Pakistan, India dan beberapa negara muslim lainnya — tersebut akan dipecah dalam rombongan, masing-masing rombongan terdiri atas 7 hingga 12 orang. Tempat yang akan dikunjungi Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Mereka semua dibekali dengan surat jalan dan identitas diri. Kemudian setelah tiba di tempat yang dituju, mereka harus melapor ke pihak keamanan.
Jumlah Anggota
Jumlah anggota Jamaah Tabligh dibagi pada tiga kategori. Pertama, anggota aktif, yang dimaksud dengan anggota aktif, adalah mereka yang selalu berdakwah (membaca Riyadhus Shalihin atau kitab yang dijadikan referensi oleh Jamaah Tabligh, setelah shalat dhuhur atau Asar di berbagai masjid) dan juga pada umumnya anggota aktif selalu memakai pakaian yang dianggap sunnah seperti pakaian putih dengan sorban dan berjenggot dan juga selalu rutin menghadiri pengajian mingguan setiap Jum’at malam. Jumlah anggota aktif ini tidak terlalu banyak ada sekitar 7.500 orang diseluruh Indonesia. Jumlah anggota aktif ini juga terkait dengan pekerjaan, pada umumnya anggota aktif adalah para pedagang atau wiraswastawan.
Kategori kedua adalah anggota yang setengah aktif, mereka adalah anggota Jamaah Tabligh yang kadang-kadang mau berdakwah (membaca Riyadhus Shalihin atau kitab yang dijadikan referensi oleh Jamaah Tabligh, setelah shalat dhuhur atau Asar di berbagai masjid), mereka juga kadang-kadang memakai pakaian putih dan sorban dan juga kadang-kadang mengahadiri pengajian Jum’at malam. Jumlah anggota kategori kedua ada sekitar 10.000 orang di seluruh Indonesia. Anggota kategori kedua, pada umumnya menjadi pegawai, sehingga mempunyai waktu yang terbatas.
Kategori ketiga, anggota tidak aktif atau masih pada tahap belajar. Karakter anggota ini, tidak pernah mau berdakwah kecuali kalau diajak oleh anggota aktif. Pada umumnya belum begitu paham dasar-dasar Islam. Tidak pernah berpakaian putih (gamis) dan bersorban dan pada umumnya malu kalau menyatakan diri sebagai anggota Jamaah Tabligh. Keterkaitannya dengan Jamaah Tabligh jika diajak khuruj dan mempunyai waktu mereka pada umumnya ikut serta khuruj.Kategori ketiga tidak mempunyai kaitan dengan status pekerjaan. Jumlah anggota non aktif ini sekitar 15.000 orang.
* Wakil ketua umum PBNU

sumber: http://warnet.tblog.com/post/1969944454#comment_anchor

Siapa sangka markaz Jamaah Tabligh(JT) yang berada di pondok pesantren Al Fatah, temboro magetan. Dulunya adalah pondok pesantren yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU). Dulunya disitu sangat kental dengan tradisi-tradisi NU tapi sekarang telah berubah dengan tradisi-tradisi JT. Bukan hanya ponpes al fatah, sekarang ini banyak ponpes NU tradisional yang bergabung dengan JT.Hal ini merupakan sesuatu fenomena menarik yang perlu di kaji. Bahkan kata sebuah LSM banyak warga NU yang berpindah ke JT Mengapa bisa terjadi begitu???
PETA Warga NU
NU adalah sebuah ormas Islam yang besar di indonesia. Melihat NU adalah melihat kyai dan warganya. Masyarakat NU tidaklah seragam walaupun sama-sama dalam satu ormas. Kita dapat memetakan kehidupan warga NU menjadi tiga kelompok/golongan yaitu:
1. NU Liberal
Orang-orang yang termasuk golongan ini memiliki pemikiran yang liberal, jauh dari pemikiran khittah NU namun mereka tetap mengaku sebagai warga nahdliyin, seperti Ulil abshar abdalla dengan JIL (jaringan islam liberal). Secara pragmatis kita bisa menebak bahwa mereka itu tetap mengaku sebagai warga nahdliyin hanya mendompleng agar pemikiran2nya laku dijual. Karena banyak anak muda Nu yang tersedot kedalamnya.
2. NU politik.
Warga NU yang termasuk golongan ini jelas terlihat dihadapan kita. Karena mereka merupakan pelaku-pelaku politik praktis yang terlibat didalam partai politik. Memang massa nahdliyin yang besar sangat menggiurkan untuk mendapatkan suara untuk meraih kekuasaan. Sayangnya banyak warga NU yang punya syahwat politik besar tidak bisa berkumpul didalam satu wadah partai politik akibatnya mereka tidak bisa memperjuangkan aspirasi warga nahliyin. Banyak warga nahdliyin kecewa dengan oknum NU politik ini yang sibuk bertengkar dan mementingkan diri-sendiri lupa membina, mengurus pondok pesantren, majelis taklim dan pemberdayaan nahdliyin karena fokus pada politik melulu.
3.NU tradisional
Golongan ini sangat kuat memegang khittah NU didalam mengembangkan dakwah islam aswaja (ahlu sunnah waljamaah). Para kyai , ustadz dan warga nahdliyin tradisional ini sangat concern terhadap perkembangan NU sehingga aktivitas mereka murni untuk NU. Para kiyai & ustadz lebih banyak mengurus pesantren, majles taklim dan umat. Mereka tidak tertarik dengan NU liberal dan Nu politik yang mereka anggap mengecewakan dan jauh dari khittah NU.
Tertarik dengan JT
Pondok pesantren al fatah yang sekarang menjadi pusat JT dulunya adalah termasuk dalam golongan NU tradisional. Kyai pondok pesantren al fatah saat ini adalah KH Uzairon . para kyai dan ustadz dulunya sangat berpegang dengan tradisi-tradisi NU. Namun melihat realitas bahwa banyak kyai dan anak muda NU yang meninggalkan tradisi-tradisi NU dan sibuk dengan politik dan pemikiran liberal sehingga menimbulkan kerisauan terhadap dawah islam.
Saat itulah muncul jamaah tabligh yang menawarkan konsep da’wah islam yang sesuai dengan paham aswaja NU dan lebih mengedepankan ukhuwah islamiyah &silahturahmi maka banyak NU tradisional tertarik dan bergabung dengan JT. Bahkan saat ini banyak pondok pesantren-pesantren di jawa timur( seperti di malang selatan, malang kota) yang sudah menjadi JT mungkin bisa disebut NU-JT karena mereka selain berkecimpung dengan dawah lewat pesantren juga melakukan da’wah khuruj fi sabilillah seperti jamaah tabligh. Kita dapat menyimpulkan ketertarikan warga NU tradisional terhadap jamaah tabligh yaitu:
1. JT mengedepankan akhlak baik.
Dakwah JT lebih mengedepankan akhlak . hal ini mirip dengan tradisi NU yang toleran, ramah dan sederhana. Para Nu tradisional melihat karkun jamaah tabligh seperti melihat sahabat nabi atau kyai dahulu.
2. JT memuliakan Kyai
Sekarang ini sangat jarang warga nahdliyin yang bersilahturahmi ke kyai-kyai kecuali ada kepentingan tertentu. Aktivis JT sangat memuliakan dan menghormati kyai-kyai dan para ustadz. Ini bisa kita lihat karena dalam ajaran JT ada ajaran ikramul muslimin. Berbeda dengan warga NU politi & liberal yang hanyasilahturahmi ke kyai klo ada kepentingan politik saja. Bahkan NU liberal banyak menolak ajaran kyai NU tradisional dengan mengatasnamakan otonomi pemikiran dan anti taklid serta banyak juga mereka yang tidak mau masuk pesantren belajar kitab kuning lagi. Sebaliknya aktivis JT malah menyambut baik dan menerima setiap nasehat para kyai Bahkan banyak anak2 para aktivis JT yang dimasukkan ke pesantren-pesantren dan menjadi hafiz quran.. Inilah yang membuat ketertarikan NU tradisional kepada JT
3. Dakwah islam militan
Para aktivis JT dikenal sangat militan dalam menyampaikan dawah islam walaupun sedikit ilmunya . sehingga bukan hal aneh kalo JT sekarang ini semakin besar dan bisa meraup pesantren NU dalam da’wah nya. Bahkan pesantren-pesantren NU tradisional yang telah menjadi aktivis JT itu juga berdawah dengan militan. Pesantren al fatah yang dipimpim oleh Gus Uzairon pun juga gencar dalam berdawah. Menurut pengakuan para karkun , Gus uzairon pun berdawah ke kyai-kyai dan ke pesantren-pesantren karena levelnya sama yaitu sama-sama kyai dan pengasuh pesantren.Gus uzairon berdawah ke para kyai dengan akhlak lembut dan mengajak para kyai Nu tradisional untuk menghidupkan sunnah nabi dan silahturahmi. Bahkan adik gus uzairon pun ada yang dikawinkan dengan kyai dari pesantren di malang selatan. Itu menurut pengakuan aktivis JT. Sehingga bukan hal aneh banyak warga NU tradisional tertarik dengan kelemah lembutan da’wah JT.Cepat ato lambat dawah JT akan menjadi da’wah terbesar di jagad Indonesia bahkan Dunia.

Makanya kita tak perlu heran dengan keberadaan JT yang semakin diterima oleh masyarakat indonesia bahkan warga NU tradisional tertarik dengan jamaah JT. Karena dawah sudah menjadi tanggung jawab semua pribadi JT.Namun sangat disayangkan adalah ucapan ahmad baso yang ditulis di islamlib.com yang mencurigai dawah JT sebagai da’wah politik. Menanggapi hal ini warga NU tradisional yang telah disentuh JT menjawab” biarkan realitas yang menjawab, mana yang sibuk berpolitik melupakan masjid dan umat dan yang benar2 ingin memakmurkan masjid?” Demikianlah pandangan penulis terhadap semakin banyaknya warga NU tradisional yang aktif dan bergabung dengan jamaah tabligh. Jamaah tabligh bukanlah ormas tapi sebuah gerakan yang ingin menghdupkan da’wah dan sunnah nabi yang hal ini equal dengan Nu tradisional

0 comments:

Post a Comment